Jumat, 08 Mei 2009
http://www.oie.int/boutique/extrait/eshetu.pdf
Study of Gastro-Intestinal Helminths of Scavenging Chickens ......
http://www.winrock.org/us_programs/files/Off-Farm%20Litter%20Management%20report.pdf
Poultry Production and Litter Management
http://www.misa.umn.edu/vd/publications/PYW_CH5_Management_alternatives.pdf
The Alternatif Polutry Management to increasing production.
Minggu, 26 Oktober 2008
Pemeliharaan lele alias kelik
JENIS IKAN LELE
Setidaknya terdapat enam jenis keluarga ikan berkumis ini, sebagian spesies pribumi dan sebagian lagi spesies asing, yang dapat dikembangkan di Indonesia.
1. Clarias batrachus dikenal sebagai ikan lele (Jawa),
• ikan kalang (Sumatera Barat),
• ikan maut (Sumatera Utara), dan
• ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat),
• kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
• wais (Jawa Tengah),
• wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi dikenal sebagai ikan lindi (Jawa),
• limbat (Sumatera Barat),
• kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat),
• ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo atau King Cat Fish, spesies asing yang berasal Afrika.
PEMIJAHAN
Memijahkan ikan lele/mengawinkan lele tidak sulit. Berikut ini syarat indukan dan perawatan indukan lele agar mau berpijah dan penanganan anakan lele.
-Bentuk dan ukuran kolam bervariasi tergantung selera pemilik dan lokasinya. Perlu diingat ukuran kolam jangan terlalu besar sehingga menyulitkan pemeliharaan kolam.
-Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen
-Pada awal pemeliharaan, minggu ke-1 sampai minggu ke-6 atau pada saat umur anak lele 7-9 minggu, air kolam harus jernih.
-Pada minggu ke-10, kekeruhan air kolam dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
Syarat indukan jantan:
-Kepala indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan lele betina.
-Warna kulit dada indukan jantan agak tua bila dibanding indukan betina.
-Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
-Gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
-Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina.
-Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa+mani).
-Kulit jantan lebih halus dibanding betina.
Syarat indukan betina
-Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
-Warna kulit dada agak terang.
-Kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya di belakang anus.
-Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
-Perutnya lebih gembung dan lunak.
-Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Syarat umum indukan lele yang baik
-Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
-Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
-Beratnya berkisar antara 100-200 gram dan panjang 20-50 cm, tergantung tingkat kesuburan badan
-Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan gerakannya lincah.
-Umur indukan jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina satu tahun.
-Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat makanannya harus mengandung cukup protein.
-Indukan lele siap memijah jika mulai berpasang-pasangan dan berkejar-kejaran. Segera tangkap indukan tersebut dan tempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
Perawatan indukan dan anakan lele:
-Selama masa pemijahan dan masa perawatan, indukan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat (belatung), rayap atau makanan buatan (pelet). Indukan yang memijah membutuhkan pelet dengan kadar protein yang relatif tinggi yaitu kurang lebih 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan indukan lele karena kandungan lemaknya tinggi. Hentikan pemberian cacing sutra seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
-Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
-Setelah anakan atau benih berumur seminggu, indukan betina dipisahkan. Biarkan indukan jantan menjaga anak-anaknya. Indukan jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur dua minggu.
-Pisahkan indukan yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
-Atur aliran air bersih yang masuk 5-6 liter/menit.
PEMBUDIDAYAAN
Membudidayakan ikan lele terbilang sangat mudah dan murah jika melihat syarat hidupnya. Berikut ini adalah syarat hidup ikan lele di kolam dan keramba.
Syarat hidup di kolam
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, berlumpur, subur, dan tidak porous (melalukan air). 2. Lahan ideal untuk budi daya lele adalah sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
3. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
4. Ketinggian tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
6. Lokasi kolam hendaknya di tempat yang teduh tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
7. Pertumbuhan lele optimal pada suhu 20°C atau antara 25-28°C. Anak lele tumbuh baik pada kisaran suhu antara 26-30°C dan suhu ideal untuk pemijahan 24-28°C.
8. Lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin oksigen.
9. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan yang dapat mematikan ikan.
10. Perairan ideal untuk lele adalah yang banyak mengandung nutrien dan bahan makanan alami, dan bukan perairan yang rawan banjir.
11. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
Syarat hidup di keramba adalah
1. Sungai atau saluran irigasi yang tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharanya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
5. Kedalaman air 30-60 cm.
Kolam untuk pendederan
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan tubuh benih lele tidak akan terluka. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Di lantai dipasang paralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan dua bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara dua bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100cm x 200cm x 50cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Pemeliharaan kolam/tambak
-Kolam diberikan kapur 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
-Air dalam kolam/bak dibersihkan satu bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan dua malam.
-Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan diberikan kapur sebanyak 200 gram/m2 selama satu minggu.
-Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
Pemupukan
-Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermanfaat untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
-Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-700 gram/m2. Bisa ditambahkan urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya kolam dibiarkan selama tiga hari.
-Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan biarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
-Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran. Mengapa? Karena ikan lele tumbuh besar sehingga ratio antara lele dengan volume kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan
a. Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
b. Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
c. Lingkungan kolam tidak sehat karena berlebihan CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
Cara penjarangan pada benih ikan lele
1. Minggu 1-2, kepadatan tebar 5.000 ekor/m2
2. Minggu 3-4, kepadatan tebar 1.125 ekor/m2
3. Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
Pakan
Makanan alamiah lele adalah zooplankton, larva, cacing, serangga air, dan fitoplankton. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus.
Selain makanan alami, lele perlu mendapat makanan tambahan. Lele yang dipelihara di kecomberan dapat diberikan makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan dari rumah tangga, daun kubis, tulang ikan dan tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
Selain makanan sisa, makanan tambahan bisa berupa campuran dedak dan ikan rucah dengan perbandingan 9:1 atau campuran bekatul, jagung dan bekicot dengan perbandingan 2:1:1. Jika cukup modal, lele bisa diberikan makanan tambahan pelet.
Pemberian pakan
1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur yang dibawa sejak menetas.
2. Hari keempat sampai minggu kedua, benih lele diberi makan zooplankton yaitu Daphnia dan Artemia yang mengandung protein 60%. Makanan tersebut diberikan dalam jumlah 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam empat kali pemberian. Makanan ditebar di sekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima benih lele diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima benih lele diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
Pelet
Bahan makanan pelet buatan antara lain tepung ikan (27%), bungkil kacang kedele (20%), tepung terigu (10,5%), bungkil kacang tanah (18%), tepung kacang hijau (9%), tepung darah (5%), dedak (9%), vitamin (1%), mineral (0,5%).
Bahan-bahan itu dihaluskan untuk kemudian dicampur menjadi adonan seperti pasta. Adonan kemudian dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.
Lemak bisa ditambahkan dengan dilumurkan pada pelet sebelum diberikan pada lele. Lumuran minyak juga berfungsi memperlambat pelet tenggelam.
Pellet mulai diperkenalkan pada ikan lele saat umur enam minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
Pada minggu ketujuh dan seterusnya lele sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pelet.
Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Pencegahan penyakit
Untuk mencegah terkena penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan lele yang berumur dua minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah itu lele akan kebal selama enam bulan.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
PANEN
Lele sudah bisa dipanen setelah berumur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki tetap saja bisa dipanen sewaktu-waktu. Berat rata-rata lele yang siap dipanen sekitar 200 gram per ekor.
Lele dumbo bisa dipanen setelah berumur 3-4 bulan yang beratnya sudah mencapai 200-300 gram per ekor. Bila dibiarkan 5-6 bulan lagi, lele dumbo akan mencapai berat 1-2 kg per ekor dengan panjang 60-70 cm.
Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
Bila ingin dipanen seluruh lele, kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau dengan jaring.
Bila lele ingin dipancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
Bila menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberikan pakan sehingga lele mudah ditangkap.
Setelah dipanen, biarkan selama 1-2 hari di dalam tong atau bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
Lele ditimbang dalam waktu singkat dan cukup sekali.
Pembersihan kolam selesai panen
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
-Dinding kolam disiram dengan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 kolam sampai rata.
-Lalu kolam disiram dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
-Kolam dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering terkena sinar langsung agar penyakit yang ada di kolam terbunuh.
Setidaknya terdapat enam jenis keluarga ikan berkumis ini, sebagian spesies pribumi dan sebagian lagi spesies asing, yang dapat dikembangkan di Indonesia.
1. Clarias batrachus dikenal sebagai ikan lele (Jawa),
• ikan kalang (Sumatera Barat),
• ikan maut (Sumatera Utara), dan
• ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat),
• kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
• wais (Jawa Tengah),
• wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi dikenal sebagai ikan lindi (Jawa),
• limbat (Sumatera Barat),
• kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat),
• ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo atau King Cat Fish, spesies asing yang berasal Afrika.
PEMIJAHAN
Memijahkan ikan lele/mengawinkan lele tidak sulit. Berikut ini syarat indukan dan perawatan indukan lele agar mau berpijah dan penanganan anakan lele.
-Bentuk dan ukuran kolam bervariasi tergantung selera pemilik dan lokasinya. Perlu diingat ukuran kolam jangan terlalu besar sehingga menyulitkan pemeliharaan kolam.
-Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen
-Pada awal pemeliharaan, minggu ke-1 sampai minggu ke-6 atau pada saat umur anak lele 7-9 minggu, air kolam harus jernih.
-Pada minggu ke-10, kekeruhan air kolam dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
Syarat indukan jantan:
-Kepala indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan lele betina.
-Warna kulit dada indukan jantan agak tua bila dibanding indukan betina.
-Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
-Gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
-Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina.
-Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa+mani).
-Kulit jantan lebih halus dibanding betina.
Syarat indukan betina
-Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
-Warna kulit dada agak terang.
-Kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya di belakang anus.
-Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
-Perutnya lebih gembung dan lunak.
-Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Syarat umum indukan lele yang baik
-Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
-Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
-Beratnya berkisar antara 100-200 gram dan panjang 20-50 cm, tergantung tingkat kesuburan badan
-Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan gerakannya lincah.
-Umur indukan jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina satu tahun.
-Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat makanannya harus mengandung cukup protein.
-Indukan lele siap memijah jika mulai berpasang-pasangan dan berkejar-kejaran. Segera tangkap indukan tersebut dan tempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
Perawatan indukan dan anakan lele:
-Selama masa pemijahan dan masa perawatan, indukan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat (belatung), rayap atau makanan buatan (pelet). Indukan yang memijah membutuhkan pelet dengan kadar protein yang relatif tinggi yaitu kurang lebih 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan indukan lele karena kandungan lemaknya tinggi. Hentikan pemberian cacing sutra seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
-Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
-Setelah anakan atau benih berumur seminggu, indukan betina dipisahkan. Biarkan indukan jantan menjaga anak-anaknya. Indukan jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur dua minggu.
-Pisahkan indukan yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
-Atur aliran air bersih yang masuk 5-6 liter/menit.
PEMBUDIDAYAAN
Membudidayakan ikan lele terbilang sangat mudah dan murah jika melihat syarat hidupnya. Berikut ini adalah syarat hidup ikan lele di kolam dan keramba.
Syarat hidup di kolam
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, berlumpur, subur, dan tidak porous (melalukan air). 2. Lahan ideal untuk budi daya lele adalah sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
3. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
4. Ketinggian tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
6. Lokasi kolam hendaknya di tempat yang teduh tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
7. Pertumbuhan lele optimal pada suhu 20°C atau antara 25-28°C. Anak lele tumbuh baik pada kisaran suhu antara 26-30°C dan suhu ideal untuk pemijahan 24-28°C.
8. Lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin oksigen.
9. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan yang dapat mematikan ikan.
10. Perairan ideal untuk lele adalah yang banyak mengandung nutrien dan bahan makanan alami, dan bukan perairan yang rawan banjir.
11. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
Syarat hidup di keramba adalah
1. Sungai atau saluran irigasi yang tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharanya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
5. Kedalaman air 30-60 cm.
Kolam untuk pendederan
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan tubuh benih lele tidak akan terluka. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Di lantai dipasang paralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan dua bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara dua bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100cm x 200cm x 50cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Pemeliharaan kolam/tambak
-Kolam diberikan kapur 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
-Air dalam kolam/bak dibersihkan satu bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan dua malam.
-Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan diberikan kapur sebanyak 200 gram/m2 selama satu minggu.
-Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
Pemupukan
-Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermanfaat untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
-Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-700 gram/m2. Bisa ditambahkan urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya kolam dibiarkan selama tiga hari.
-Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan biarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
-Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran. Mengapa? Karena ikan lele tumbuh besar sehingga ratio antara lele dengan volume kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan
a. Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
b. Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
c. Lingkungan kolam tidak sehat karena berlebihan CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
Cara penjarangan pada benih ikan lele
1. Minggu 1-2, kepadatan tebar 5.000 ekor/m2
2. Minggu 3-4, kepadatan tebar 1.125 ekor/m2
3. Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
Pakan
Makanan alamiah lele adalah zooplankton, larva, cacing, serangga air, dan fitoplankton. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus.
Selain makanan alami, lele perlu mendapat makanan tambahan. Lele yang dipelihara di kecomberan dapat diberikan makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan dari rumah tangga, daun kubis, tulang ikan dan tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
Selain makanan sisa, makanan tambahan bisa berupa campuran dedak dan ikan rucah dengan perbandingan 9:1 atau campuran bekatul, jagung dan bekicot dengan perbandingan 2:1:1. Jika cukup modal, lele bisa diberikan makanan tambahan pelet.
Pemberian pakan
1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur yang dibawa sejak menetas.
2. Hari keempat sampai minggu kedua, benih lele diberi makan zooplankton yaitu Daphnia dan Artemia yang mengandung protein 60%. Makanan tersebut diberikan dalam jumlah 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam empat kali pemberian. Makanan ditebar di sekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima benih lele diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima benih lele diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
Pelet
Bahan makanan pelet buatan antara lain tepung ikan (27%), bungkil kacang kedele (20%), tepung terigu (10,5%), bungkil kacang tanah (18%), tepung kacang hijau (9%), tepung darah (5%), dedak (9%), vitamin (1%), mineral (0,5%).
Bahan-bahan itu dihaluskan untuk kemudian dicampur menjadi adonan seperti pasta. Adonan kemudian dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.
Lemak bisa ditambahkan dengan dilumurkan pada pelet sebelum diberikan pada lele. Lumuran minyak juga berfungsi memperlambat pelet tenggelam.
Pellet mulai diperkenalkan pada ikan lele saat umur enam minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
Pada minggu ketujuh dan seterusnya lele sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pelet.
Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Pencegahan penyakit
Untuk mencegah terkena penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan lele yang berumur dua minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah itu lele akan kebal selama enam bulan.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
PANEN
Lele sudah bisa dipanen setelah berumur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki tetap saja bisa dipanen sewaktu-waktu. Berat rata-rata lele yang siap dipanen sekitar 200 gram per ekor.
Lele dumbo bisa dipanen setelah berumur 3-4 bulan yang beratnya sudah mencapai 200-300 gram per ekor. Bila dibiarkan 5-6 bulan lagi, lele dumbo akan mencapai berat 1-2 kg per ekor dengan panjang 60-70 cm.
Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
Bila ingin dipanen seluruh lele, kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau dengan jaring.
Bila lele ingin dipancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
Bila menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberikan pakan sehingga lele mudah ditangkap.
Setelah dipanen, biarkan selama 1-2 hari di dalam tong atau bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
Lele ditimbang dalam waktu singkat dan cukup sekali.
Pembersihan kolam selesai panen
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
-Dinding kolam disiram dengan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 kolam sampai rata.
-Lalu kolam disiram dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
-Kolam dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering terkena sinar langsung agar penyakit yang ada di kolam terbunuh.
Sabtu, 25 Oktober 2008
Kekerdilan Akibat Stres Diawal Pemeliharaan
oleh ardhiborneogemilang
Ayam modern sekarang tampaknya memang lebih cengeng dan manja dibanding dengan ayam klasik yang dulu dipelihara secara tradisional. Penyebabnya tak lain karena temperatur, kelembaban dan kualitas udara yang baik sangat dibutuhkan untuk mengekspresikan potensi genetiknya.
Jika hal tersebut tidak dipenuhi, maka ayam modern akan mogok tumbuh atau bahkan mati. Dan ujung-ujungnya adalah urusan uang yaitu keuntungan atau kerugian peternak dalam usaha peternakannya. Demikian diungkapkan Drs Tony Unandar Private Poultry Farm Consultant dalam sebuah seminar teknis di Bogor, Selasa (18/12).
Menurut Tony, dalam urusan temperatur tubuh, ayam termasuk kategori hewan homeotermal alias berdarah panas. Tegasnya, temperatur tubuh relatif stabil dan berada dalam selang temperatur tertentu, tidak bergantung pada temperatur lingkungannya seperti hewan berdarah dingin.
Akan tetapi, dalam hirarki hewan bertulang belakang (vertebrata), ayam termasuk dalam kelas Aves (bangsa burung) yang merupakan kelas peralihan antara hewan berdarah dingin (poikilotermal) dengan hewan homeotermal. Itulah sebabnya pada ayam muda (umur dibawah 3 minggu) dikenal masa brooding (masa indukan), dimana pada masa ini kemampuan adaptasinya terhadap temperatur lingkungan masih rendah dan perkembangan lanjut sistem termoregulatornya masih terus terjadi.
Lebih lanjut, Tony Unandar menjelaskan bahwa pengaturan temperatur tubuh hewan homeotermal relatif kompleks dan merupakan sirkuit yang terdiri dari beberapa komponen. Menurut ahli, pengaturan temperatur tubuh ayam dilakukan oleh 4 komponen penting, yaitu bagian depan (anterior) hipotalamus, bagian pre-optik otak besar (cerebrum), tali syaraf otak kesepuluh (nervus vagus), dan tali-tali syaraf tepi yang sensitif terhadap temperatur (temperatur sensitive nerves).
Ayam umur sehari atau DOC belum dapat mengatur temperatur tubuhnya dengan baik. Mekanisme pengaturan temperatur tubuh yang dilakukan oleh sistem termoregulator baru terjadi secara optimal ketika ayam berumur 7-21 hari.
Dilain pihak, komponen termoregulator berupa tali-tali syaraf yang sensitif terhadap temperatur pada ayam muda sudah berfungsi dengan baik ketika ayam berumur sehari dan sebagian besar terletak di telapak kaki. Itulah sebabnya, walaupun komponen termoregulator lainnya (terutama komponen yang merupakan bagian dari otak besar) belum berkembang dengan baik, telapak kaki merupakan organ sensori yang paling penting pada saat DOC berinteraksi pertama kali dengan lingkungannya.
Waspada Litter yang Dingin
Reignier dan Kelley pada tahun 1981 melaporkan pertama kali fenomena renyatan temperatur (temperature shock) pada DOC. Kondisi ini bisa terjadi jika seekor DOC diletakkan pada permukaan litter dengan temperatur rendah, khususnya pada temperatur di bawah 25oC. Itulah sebabnya, untuk menghindari terjadinya renyatan temperatur pada tahap awal pemeliharaan ayam, pemanas harus dinyalakan minimum satu jam sebelum DOC ditebar di atas litter dalam indukan buatan.
Tony Unandar mengutip hasil penelitian beberapa ahli menegaskan bahwa renyatan temperatur tidak bisa dianggap remeh karena menimbulkan beberapa mekanisme lanjut, yaitu meningkatnya kadar adenocorticotropic hormone (ACTH) yang merupakan suatu indikator terjadinya stres pada DOC yang mengalami renyatan temperatur.
Kadar ACTH yang lebih tinggi dari normal akan membawa dampak lanjut berupa terganggunya proses penyerapan sisa kuning telur. Ini berarti, penyerapan zat kebal induk dan komponen nutrisi lainnya yang terkandung dalam kuning telur jelas terhambat. Di lain pihak, kadar ACTH yang berlebihan juga akan memberikan efek lazy leucocytes syndrome, yaitu suatu kondisi dimana butir darah putih tidak memberikan respon yang optimal terhadap keberadaan benda asing alias patogen yangmenginvasi tubuh ayam bersangkutan.
Manifestasi lapangan dari kejadian-kejadian tersebut di atas adalah terganggunya pertumbuhan lanjut ayam dengan berbagai derajat keparahan seperti kekerdilan dan lambat tumbuh dan keseragaman yang jelek. Serta rentannya ayam terhadap serangan mikroorganisme dari lingkungannya, termasuk mikroorganisme yang terdapat dalam vaksin aktif (reaksi pasca vaksinasi akan berlebihan).
Selain itu renyatan temperatur juga ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam tingkah laku (behavior) ayam yang sangat signifikan. Dalam keadaan kondisi normal, di mana temperatur permukaan litter sesuai dengan yang diinginkan oleh DOC yaitu sekitar 29-31 oC, maka dalam tempo kurang dari 15 detik setelah ditebar, DOC akan melakukan aktivitas biologis lanjutan, misalnya melakukan pergerakan (movement), minum dan makan.
Jika terjadi renyatan temperatur maka DOC akan malas bergerak, minum dan makan. Ini berarti, gangguan pertumbuhan dan kematian ayam dengan berbagai derajat keparahan akibat dehidrasi dan hipoglisemia dengan mudah terjadi pada fase lanjutnya.
Stres Bisa Lewat Air Minum
Sementara itu, menurut Pattison (1997), renyatan temperatur dapat juga terjadi akibat DOC mengkonsumsi air minum dengan tempertaur yang rendah (<20 oC). Air minum dengan temperatur rendah dapat menurunkan temperatur tubuh ayam secara mendadak. Dilaporkan pula, DOC cenderung menolak untuk minum jika suhu air minum dibawah 15 oC.
Peneliti lain mengungkapkan bahwa pemberian air minum hangat menstimulasi peningkatan gerakan peristaltik usus dari dibawah 5 kali per menit menjadi 12-15 kali per menit. Meningkatnya gerakan peristaltik ini akan juga menstimulasi perkembangan alat-alat pencernaan yang sangat diperlukan mencerna makanan.
Jika gerakan peristaltik usus tidka optimal, maka DOC akan mengalami kesulitan pada saat defekasi (buang kotoran) berupa terjadinya perlengketan kotoran pada kloaka (cloacal pasting).
Selain menstimulasi perkembangan alat-alat pencernaan air minum yang hangat juga menstimulasi perkembangan hiperplasia alat pertahanan tubuh. Serta memperbaiki penyerapan sisa kuning telur yang berarti penyerapan zat kebal induk juga akan berlangsung dengan baik.
Diakhir presentasinya Drs Tony Unandar menyimpulkan bahwa ketebalan litter sebaiknya tidak boleh kurang dari 8 cm dan pemanas sudah harus dinyalakan setidaknya 2 jam sebelum ayam datang agar suhu permukaan litter sesuai dengan kenyamanan ayam yaitu 29-31 oC. Sementara air minum yang diberikan sebaiknya bersuhu 24-25 oC atau bahkan lebih baik jika dimasak terlebih dahulu untuk mematikan bakteri patogen. Air minum yang hangat menstimulasi gerakan peristaltik usus. Gerakan peristaltik usus yang semakin cepat membuat ayam semakin cepat lapar dan ingin makan. Persiapan brooding yang baik akan mencegah stres dini di fase pemeliharaan awal yang mencegah dampak buruk difase pertumbuhan berikutnya. Gagalnya pertumbuhan di fase awal tidak bisa dikompensasi di fase pertumbuhan berikutnya.
Ayam modern sekarang tampaknya memang lebih cengeng dan manja dibanding dengan ayam klasik yang dulu dipelihara secara tradisional. Penyebabnya tak lain karena temperatur, kelembaban dan kualitas udara yang baik sangat dibutuhkan untuk mengekspresikan potensi genetiknya.
Jika hal tersebut tidak dipenuhi, maka ayam modern akan mogok tumbuh atau bahkan mati. Dan ujung-ujungnya adalah urusan uang yaitu keuntungan atau kerugian peternak dalam usaha peternakannya. Demikian diungkapkan Drs Tony Unandar Private Poultry Farm Consultant dalam sebuah seminar teknis di Bogor, Selasa (18/12).
Menurut Tony, dalam urusan temperatur tubuh, ayam termasuk kategori hewan homeotermal alias berdarah panas. Tegasnya, temperatur tubuh relatif stabil dan berada dalam selang temperatur tertentu, tidak bergantung pada temperatur lingkungannya seperti hewan berdarah dingin.
Akan tetapi, dalam hirarki hewan bertulang belakang (vertebrata), ayam termasuk dalam kelas Aves (bangsa burung) yang merupakan kelas peralihan antara hewan berdarah dingin (poikilotermal) dengan hewan homeotermal. Itulah sebabnya pada ayam muda (umur dibawah 3 minggu) dikenal masa brooding (masa indukan), dimana pada masa ini kemampuan adaptasinya terhadap temperatur lingkungan masih rendah dan perkembangan lanjut sistem termoregulatornya masih terus terjadi.
Lebih lanjut, Tony Unandar menjelaskan bahwa pengaturan temperatur tubuh hewan homeotermal relatif kompleks dan merupakan sirkuit yang terdiri dari beberapa komponen. Menurut ahli, pengaturan temperatur tubuh ayam dilakukan oleh 4 komponen penting, yaitu bagian depan (anterior) hipotalamus, bagian pre-optik otak besar (cerebrum), tali syaraf otak kesepuluh (nervus vagus), dan tali-tali syaraf tepi yang sensitif terhadap temperatur (temperatur sensitive nerves).
Ayam umur sehari atau DOC belum dapat mengatur temperatur tubuhnya dengan baik. Mekanisme pengaturan temperatur tubuh yang dilakukan oleh sistem termoregulator baru terjadi secara optimal ketika ayam berumur 7-21 hari.
Dilain pihak, komponen termoregulator berupa tali-tali syaraf yang sensitif terhadap temperatur pada ayam muda sudah berfungsi dengan baik ketika ayam berumur sehari dan sebagian besar terletak di telapak kaki. Itulah sebabnya, walaupun komponen termoregulator lainnya (terutama komponen yang merupakan bagian dari otak besar) belum berkembang dengan baik, telapak kaki merupakan organ sensori yang paling penting pada saat DOC berinteraksi pertama kali dengan lingkungannya.
Waspada Litter yang Dingin
Reignier dan Kelley pada tahun 1981 melaporkan pertama kali fenomena renyatan temperatur (temperature shock) pada DOC. Kondisi ini bisa terjadi jika seekor DOC diletakkan pada permukaan litter dengan temperatur rendah, khususnya pada temperatur di bawah 25oC. Itulah sebabnya, untuk menghindari terjadinya renyatan temperatur pada tahap awal pemeliharaan ayam, pemanas harus dinyalakan minimum satu jam sebelum DOC ditebar di atas litter dalam indukan buatan.
Tony Unandar mengutip hasil penelitian beberapa ahli menegaskan bahwa renyatan temperatur tidak bisa dianggap remeh karena menimbulkan beberapa mekanisme lanjut, yaitu meningkatnya kadar adenocorticotropic hormone (ACTH) yang merupakan suatu indikator terjadinya stres pada DOC yang mengalami renyatan temperatur.
Kadar ACTH yang lebih tinggi dari normal akan membawa dampak lanjut berupa terganggunya proses penyerapan sisa kuning telur. Ini berarti, penyerapan zat kebal induk dan komponen nutrisi lainnya yang terkandung dalam kuning telur jelas terhambat. Di lain pihak, kadar ACTH yang berlebihan juga akan memberikan efek lazy leucocytes syndrome, yaitu suatu kondisi dimana butir darah putih tidak memberikan respon yang optimal terhadap keberadaan benda asing alias patogen yangmenginvasi tubuh ayam bersangkutan.
Manifestasi lapangan dari kejadian-kejadian tersebut di atas adalah terganggunya pertumbuhan lanjut ayam dengan berbagai derajat keparahan seperti kekerdilan dan lambat tumbuh dan keseragaman yang jelek. Serta rentannya ayam terhadap serangan mikroorganisme dari lingkungannya, termasuk mikroorganisme yang terdapat dalam vaksin aktif (reaksi pasca vaksinasi akan berlebihan).
Selain itu renyatan temperatur juga ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam tingkah laku (behavior) ayam yang sangat signifikan. Dalam keadaan kondisi normal, di mana temperatur permukaan litter sesuai dengan yang diinginkan oleh DOC yaitu sekitar 29-31 oC, maka dalam tempo kurang dari 15 detik setelah ditebar, DOC akan melakukan aktivitas biologis lanjutan, misalnya melakukan pergerakan (movement), minum dan makan.
Jika terjadi renyatan temperatur maka DOC akan malas bergerak, minum dan makan. Ini berarti, gangguan pertumbuhan dan kematian ayam dengan berbagai derajat keparahan akibat dehidrasi dan hipoglisemia dengan mudah terjadi pada fase lanjutnya.
Stres Bisa Lewat Air Minum
Sementara itu, menurut Pattison (1997), renyatan temperatur dapat juga terjadi akibat DOC mengkonsumsi air minum dengan tempertaur yang rendah (<20 oC). Air minum dengan temperatur rendah dapat menurunkan temperatur tubuh ayam secara mendadak. Dilaporkan pula, DOC cenderung menolak untuk minum jika suhu air minum dibawah 15 oC.
Peneliti lain mengungkapkan bahwa pemberian air minum hangat menstimulasi peningkatan gerakan peristaltik usus dari dibawah 5 kali per menit menjadi 12-15 kali per menit. Meningkatnya gerakan peristaltik ini akan juga menstimulasi perkembangan alat-alat pencernaan yang sangat diperlukan mencerna makanan.
Jika gerakan peristaltik usus tidka optimal, maka DOC akan mengalami kesulitan pada saat defekasi (buang kotoran) berupa terjadinya perlengketan kotoran pada kloaka (cloacal pasting).
Selain menstimulasi perkembangan alat-alat pencernaan air minum yang hangat juga menstimulasi perkembangan hiperplasia alat pertahanan tubuh. Serta memperbaiki penyerapan sisa kuning telur yang berarti penyerapan zat kebal induk juga akan berlangsung dengan baik.
Diakhir presentasinya Drs Tony Unandar menyimpulkan bahwa ketebalan litter sebaiknya tidak boleh kurang dari 8 cm dan pemanas sudah harus dinyalakan setidaknya 2 jam sebelum ayam datang agar suhu permukaan litter sesuai dengan kenyamanan ayam yaitu 29-31 oC. Sementara air minum yang diberikan sebaiknya bersuhu 24-25 oC atau bahkan lebih baik jika dimasak terlebih dahulu untuk mematikan bakteri patogen. Air minum yang hangat menstimulasi gerakan peristaltik usus. Gerakan peristaltik usus yang semakin cepat membuat ayam semakin cepat lapar dan ingin makan. Persiapan brooding yang baik akan mencegah stres dini di fase pemeliharaan awal yang mencegah dampak buruk difase pertumbuhan berikutnya. Gagalnya pertumbuhan di fase awal tidak bisa dikompensasi di fase pertumbuhan berikutnya.
Sistem Reproduksi Ayam Jantan
Sistem reproduksi pada ayam jantan berbeda dengan ayam betina.
Alat reproduksi ayam jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka.
Testis
Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41o - 43o C karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.
Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testid terdiri atas tubuli seminiferi (85% - 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.
2. Saluran Deferens
Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens.
Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens.
3. Alat Kopulasi
Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12-18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.
++ Mekanisme Spermatogenesis ++
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawh kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 - 14 hari.
Alat reproduksi ayam jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka.
Testis
Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41o - 43o C karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.
Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testid terdiri atas tubuli seminiferi (85% - 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.
2. Saluran Deferens
Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens.
Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens.
3. Alat Kopulasi
Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12-18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.
++ Mekanisme Spermatogenesis ++
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawh kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 - 14 hari.
Sistem Reproduksi Ayam Betina
Ovarium dan oviduk. Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas umumnya dan pada ayam khususnya, hanya ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi, sedangkan yang bagian kanan mengalami rudimenter.
Ovarium. Ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 g kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin.
Ovarium terbagi dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat mencapai lebih dari 12.000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah).
Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium sebagai volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur).
Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis.
Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalis yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga).
Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol.
Komponen vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis.
Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati hampir 60% dari total kuning telur.
Phosvitin dan lipoprptein yang terdiri dari high density lipoprotein (HDL) dan low density lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati. Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning telur.
Adapun urutan perjalanan terbentuknya sebutir telur pada saluran reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut:
a. Infundibulum/papilon : panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
b. Magnum : bagian yang terpanjang dari oviduk (33cm). Magnum tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
c.Isthmus: mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
d. Uterus : disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau /plumping/ kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 - 21 jam.
e. Vagina: bagian ini hampir tidak ada sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula. Telur melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar tiga menit, kemudian dikeluarkan (/oviposition/) dan 30 menit setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi.
f. Kloaka: merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang.
Oleh : adioranye
Sumber : Tri Yuwanta, 2004, Dasar Ternak Unggas, Kanisius, Yogyakarta
Ovarium. Ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 g kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin.
Ovarium terbagi dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat mencapai lebih dari 12.000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah).
Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium sebagai volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur).
Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis.
Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalis yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga).
Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol.
Komponen vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis.
Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati hampir 60% dari total kuning telur.
Phosvitin dan lipoprptein yang terdiri dari high density lipoprotein (HDL) dan low density lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati. Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning telur.
Adapun urutan perjalanan terbentuknya sebutir telur pada saluran reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut:
a. Infundibulum/papilon : panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
b. Magnum : bagian yang terpanjang dari oviduk (33cm). Magnum tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
c.Isthmus: mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
d. Uterus : disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau /plumping/ kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 - 21 jam.
e. Vagina: bagian ini hampir tidak ada sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula. Telur melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar tiga menit, kemudian dikeluarkan (/oviposition/) dan 30 menit setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi.
f. Kloaka: merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang.
Oleh : adioranye
Sumber : Tri Yuwanta, 2004, Dasar Ternak Unggas, Kanisius, Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)